Jenis Bahan |
Buku |
Data Bibliografis |
|
Judul Utama |
Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan by Soe Hok
Gie |
Pengarang |
Soe Hok Gie |
Bahasa |
Indonesia |
Penerbitan |
|
Tempat terbit |
Yogyakarta |
Penerbit |
Yayasan Bentang Budaya |
Tahun terbit |
1997 |
Edisi |
|
Deskripsi Fisik |
|
Jumlah halaman |
xii+358 Hal. |
Keterangan Ilustrasi |
- |
Dimensi |
12.5x23 Cm. |
Subjek (kata kunci) |
Sosial politik |
No. Klasifikasi DDC |
320.531 |
Nomor Panggil |
320.531 GIE o |
No. ISBN |
979-3062-62-2 |
Anotasi/Ringkasan/Abstrak |
Buku ini
merupakan salah satu karya Soe Hok Gie tentang pemberontakan PKI di Madiun.
Awalnya dari skripsi hasil penelitian. Namun karena penulisannya dalam bentuk
populer sehingga skripsi ini seperti membaca novel sejarah dramatis yang
menegangkan. Penulisnya pun
cukup hati-hati untuk tetap bersikap obyektif dalam analisisnya hingga fakta
sebagai suatu yang suci dalam bangunan sejarah tetap dalam posisi yang
terhormat. Penulis juga
tidak terlalu kaku dalam menceritakan kronologisnya. Soe Hok Gie juga tidak
meninggalkan sisi obyektifnya dari sebuah cerita sejarah itu sendiri. Seperti
nama, tanggal, dan tempat, tercantum di dalam buku ini. ”Engkau tahu
siapa saya? Saya Muso. Engkau baru kemarin menjadi prajurit dan berani
meminta supaya saya menyerah dengan engkau. Lebih baik meninggal daripada
menyerah, walaupun bagaimana saya tetap merah putih.” Karena prajurit
ini memang tidak bermaksud menembak mati Muso, ia lari ke desa di dekatnya.
Sementara itu pasukan-pasukan bantuan di bawah Kapten Sumadi telah datang.
Muso bersembunyi di sebuah kamar mandi dan tetap menolak menyerah. Akhirnya,
ia ditembak mati. Mayatnya dibawa ke Ponorogo, dipertontonkan kemudian
dibakar. Itu adalah
secarik isi di dalam buku tersebut. Skripsi Soe Hok Gie ini memang sangat
menarik. Banyak hal yang ada dalam skripsi ini mengenai latar belakang
pemberontakan PKI 1948 sampai penumpasannya. Buku ini
bercerita tentang konflik internal PKI, adanya persaingan antar tokoh. Soetan
Sjahrir, Amir Sjarifudin, Alimin, Muso, Tan Malaka dan Semaoun yang memliki
sudut pandang dan pengikut masing-masing. Sjahrir menurut pandangannya
memutuskan untuk membentuk partai sendiri, sosialis. Semaoen dengan Muso
menguasai partai atas nama Partai Komunis Indonesia (PKI). Sedangkan Tan Malaka
membentuk Partai Murba. Dalam
Pemberontakan Madiun 1948, lebih banyak menampilkan sosok Muso. Salah satu
murid HOS Tjokroaminoto ini merupakan sosok senior yang sangat dominan. Kawan
dan lawannya segan terhadap Muso.
Sementara Tan Malaka tidak setuju adanya usaha pemberontakan ini
karena masih kurang persiapannya. Muso yang baru pulang ke Indonesia hanya
membutuhkan satu tahun untuk menyusun pemberontakan untuk kudeta ke pemerintahan saat itu. Muso merasa
sudah siap melakukan pemberontakan dengan Madiun sebagai pusat pemberontakan
dan kota-kota lainnya di Jawa. Namun pada kenyataannya saat eksekusi dukungan
buruh terhadap pemberontakan ini sangat rendah. Dan ini di luar perkiraan
Muso. Sehingga mudah bagi Muhammad Hatta yang menjabat sebagai perdana
Menteri, mengakhiri kudeta ini. Akhirnya, TNI menangkap Muso dan Amir
Sjarifudin dan langsung mengesekusinya. Informasi
mengenai pemberontakan PKI di Madiun yang di dapat dari buku ini cukup banyak
dan bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentang apa yang
terjadi di Madiun pada September 1948 |
0 Komentar